image : Illustration by google
Peran Keluarga dalam Mengatasi Emosi Anak
Oleh Sovia Eprinita, M.Psi., P | Rabu, 25 September 2019 07:06 WIB | 3.599 Views
Disunting Oleh : Brenda Carqua
Hai moms, di postingan sebelumnya kita sudah membahas tentang emosi negatif pada anak. Sekarang kita akan coba bahas lebih lanjut mengenai peran keluarga khususnya orang tua dalam mengatasi emosi yang dirasakan oleh anak. Yuk coba kita bahas.
Periode Bayi
Pada periode ini bayi masih sangat bergantung pada orang tua/pengasuh untuk menangani emosi yang sedang dirasakan. Dengan cara menenangkan bayi maka orang tua/pengasuh membantu mereka untuk mengatur emosi yang sedang dirasakan. Orang tua/pengasuh dapat memberikan ketenangan dengan cara mengangkat mereka ke bahu, memberikan belaian lembut, atau berbicara secara lembut. Dengan memberikan ketenangan maka secara tidak langsung orang tua/pengasuh membantu bayi untuk mengembangkan rasa percaya dan meningkatkan kelekatan dengan mereka.
Pada tahun kedua, bayi sudah dapat menyampaikan sumber yang dapat memunculkan emosi baginya, misalnya berkata bahwa mereka takut saat bertemu anjing. Maka orang tua/pengasuh dapat memberikan stimulasi dengan cara mengajak mereka mengkomunikasikan apa yang menjadi sumber emosi bagi mereka.
Seiring berjalannya waktu mereka harus belajar beradaptasi dan meregulasi emosi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan respon yang berbeda pada suatu situasi. Misalnya, orang tua/pengasuh dapat berespon cepat ketika bayi berusia 8 bulan menangis saat berada di luar ruangan, namun respon yang ditampilkan oleh orang tua/pengasuh harus berbeda saat perilaku tersebut ditunjukan ketika anak menginjak usia 2 tahun.
Pada periode ini orang tua/pengasuh juga tidak memberikan perhatian atau respon yang berlebih saat bayi sedang menangis, karena bila hal tersebut dilakukan maka secara tidak langsung orang tua/pengasuh memberikan penguatan agar anak terus menangis dan hal tersebut akan meningkatkan intensitas kemunculan dari perilaku tersebut.
Periode Anak Awal
Pada periode ini anak sudah mulai merasakan emosi yang lebih kompleks, orang tua/pengasuh dapat memainkan peran yang penting dalam membantu anak untuk melakukan regulasi emosi. Hal ini bergantung pada bagaimana mereka berbicara dengan anak mereka mengenai emosi.
Orang tua/pengasuh dapat melakukan emotion - coaching parents untuk memonitor emosi anak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat emosi negatif (marah, frustasi, kesedihan, dll) anak sebagai peluang untuk pengajaran, membantu anak untuk melabeli emosinya dan melatih anak untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi emosi. Orang tua/pengasuh berinteraksi dengan cara tidak mengabaikan emosi yang sedang dirasakan oleh anak, membantu anak memberikan label emosinya, serta memberikan pujian saat anak berhasil melakukan suatu hal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ross Thompson dan rekan-rekannya (2009) menunjukkan bahwa anak cenderung akan bersikap terbuka saat beridiskusi mengenai emosi yang sulit ketika ia memiliki kelekatan yang aman dengan sosok ibu serta ketika ibu menerima pendapatan dari sudut pandang anak tanpa menghakimi.
Periode Anak Tengah dan Akhir
Pada periode ini anak sudah semakin mampu dalam melakukan regulasi emosi dan melakukan coping saat menghadapi suatu situasi yang menimbulkan stres. Di periode ini mereka sudah mampu menggunakan strategi coping yang melibatkan kognitif. Peran orang tua/pengasuh di tahap ini adalah dengan mengajak anak untuk melakukan reframing. Reframing merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengubah persepsi atau pemikiran mengenai suatu hal. Misalnya, saat anak bercerita bahwa dirinya merasa kecewa tidak disapa oleh guru di sekolah maka orang tua/pengasuh dapat mengajak anak untuk melakukan reframing pada situasi tersebut dan mengajak anak untuk berpikir lebih positif yaitu dengan berpikir bahwa sikap yang ditunjukan oleh guru terjadi karena mereka terlalu sibuk sehingga lupa menyapa.
Daftar Rujukan
Santrock, John W. 2011. Child Development. New York ; Mc. Graw Hill, Inc.