BLOG
DAN
ARTIKEL

Pentingnya Kesehatan Mental Anak, Ini Cara Jaganya
image : Illustration by google
Pentingnya Kesehatan Mental Anak, Ini Cara Jaganya
Oleh Sovia Eprinita, M. Psi., Psikolog | Jum'at, 21 Agustus 2020 12:44 WIB | 1.740 Views
Disunting Oleh : Brenda Carqua
Pada masa anak-anak, pertumbuhan yang sehat tidak hanya berfokus pada aspek fisik namun juga perlu disertai dengan aspek mental atau psikologis. Kesehatan mental di sini mencakup kemampuan anak untuk mengendalikan emosi, beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, serta berpikir logis.

Anak yang memiliki kesehatan mental yang baik akan berkembang menjadi anak yang memiliki karakter positif. Ia akan mampu beradaptasi dengan berbagai keadaan, bersosialisasi dengan berbagai individu yang berbeda, serta memiliki kontrol diri. Sebaliknya bila kesehatan mental anak kurang terjaga dengan baik maka anak akan berkembang menjadi agresif, kurang dapat bertanggung jawab, serta kurang mampu bersikap kooperatif.  

Tips Jaga Kesehatan Mental Anak
Agar kesehatan mental anak tetap terjaga maka orang tua wajib hindari hal-hal berikut:
  1. Bersikap egois
Orang tua secara konsisten hanya fokus pada permasalahan yang dialami diri sendiri. Mereka memperlakukan anak seperti orang dewasa yang mengambil alih pekerjaan maupun tanggung jawab sebagai orang tua. Orang tua kurang mampu memenuhi kebutuhan anak, malah menggantungkan dirinya kepada anak agar kebutuhan mereka terpenuhi. Selain itu, orang tua hanya berfokus pada dirinya sendiri sehingga mereka cenderung mengabaikan kehadiran anak. Hal ini akan memunculkan perasaan tidak berharga pada diri anak.
 
  1. Terlalu mengontrol
Hal ini ditunjukkan dengan beberapa perilaku seperti menyalahkan anak, bersikap manipulatif, dan terkadang terlalu membantu/ikut campur tangan dalam kehidupan anak. Hal ini membuat anak tidak memiliki kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru, bereksplorasi, maupun belajar bangkit dari kegagalan sehingga membuat anak merasa tidak berdaya dan tidak mampu dalam melakukan suatu hal. Orang tua yang terlalu mengontrol anak akan membuat mereka menjadi sosok yang mudah cemas dan takut terhadap suatu hal. Biasanya ketika nanti anak tumbuh menjadi remaja bahkan  dewasa, ia akan sulit terlepas dari arahan orang tua sehingga pada akhirnya orang tua akan tetap mengontrol dan bersikap dominan di dalam kehidupan anak. Selain itu, anak akan merasa terintimidasi dengan kontrol yang dilakukan oleh orang tua dan biasanya orang tua sering memberikan ancaman agar anak mau melakukan apa yang mereka inginkan.
 
  1. Membanding-bandingkan dengan saudara yang lain
Orang tua cenderung membanding-bandingkan seorang anak dengan kakak, adik, atau saudaranya yang lain dengan tujuan untuk membuat anak melakukan sesuatu hal yang sesuai dengan harapan mereka. Bila hal ini dilakukan terus menerus akan membuat jalinan persaudaraan menjadi lebih kompetitif sehingga tanpa sadar mereka bersaing satu dengan yang lain serta dapat menurunkan kelekatan antar saudara. Selain itu, dampak yang terjadi pada diri anak adalah rendahnya self image yang ia miliki, memunculkan adanya rasa cemburu dengan saudara, serta kebencian yang akan terjadi sepanjang mereka hidup.
 
  1. Ketergantungan alkohol
Orang tua yang memiliki ketergantungan alkohol akan memiliki mood yang mudah berubah. Hal ini membuat mereka hanya memiliki waktu maupun energi yang sedikit dalam mengasuh anak. Karena hal tersebut, anak terpaksa mengambil tanggung jawab orang tua untuk menjaga perasaan atau emosi dari seluruh anggota keluarga. Hal ini dilakukan untuk menghindari konfrontasi dengan orang tua agar tidak berdampak pada orang lain di sekitar. Perilaku tersebut membuat anak kurang bebas mengekspresikan perasaan dan cenderung memendam suatu hal. Jika hal ini terus berlanjut, anak akan  menjadi seseorang yang pemalu serta enggan untuk mengungkapkan suatu hal.
 
  1. Melakukan verbal abuse
Verbal abuse biasanya ditunjukkan dengan sikap sarkastik dan memberikan kritik berlebih kepada anak. Verbal abuse ada yang bersifat langsung seperti langsung mengumpat atau berkata kasar kepada anak misalnya berkata bodoh, jelek, anak tidak berguna, atau berharap ia tidak lahir ke dunia ini. Selain itu terdapat juga verbal abuse yang bersifat tidak langsung seperti menyindir, mengejek, atau menghina dengan nama panggilan lain yang biasanya disampaikan dengan konteks bercanda dan saat diingatkan orang tua berkelit dengan menyampaikan bahwa hal tersebut konteksnya bercanda dan tidak bersifat serius. Verbal abuse yang disampaikan oleh orang tua membuat anak merasa rendah diri, kehilangan percaya diri, dan pada jangka panjang akan mengembangkan self image yang kurang baik pada anak karena anak menginternalisasi apa yang disampaikan oleh orang tua kepadanya.
 
  1. Bersikap perfeksionis
Orang tua menetapkan standar yang tinggi dan anak diminta untuk melakukan sesuatu hal sebagai kompensasi bahwa hal tersebut dahulu tidak bisa mereka lakukan. Selain itu, orang tua juga biasanya menuntut anak untuk dapat langsung berhasil dalam melakukan sesuatu hal. Bila anak kurang mampu mencapai sesuatu hal sesuai standar yang ditetapkan maka biasanya anak akan langsung disalahkan. Hal ini akan membuat anak merasa takut salah saat melakukan suatu hal, tidak mau mencoba, serta selalu merasa tidak puas atas apa yang sudah ia kerjakan.
 
  1. Melakukan physical abuse
Orang tua yang tidak mampu untuk mengontrol perilaku ketika sedang marah biasanya sering bersikap kasar, melampiaskan amarah kepada anak dan menyalahkan anak untuk kesalahan yang mereka lakukan. Selain itu, orang tua juga biasanya berlaku kasar dengan tujuan untuk mendisipinkan anak. Nantinya anak akan belajar bahwa cara untuk menghadapi suatu hal adalah dengan bersikap kasar, menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi dan hal ini juga membuat anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang.

Kesehatan mental si kecil wajib kita jaga lho demi kebaikan bersama. Jika mom/dad masih bingung dengan cara terbaik untuk menjaga kesehatan mental si kecil, jangan ragu untuk download aplikasi d’ Fun Station di playstore dan konsultasikan dengan para ahli profesional yang ada disana.

Daftar Rujukan
Forward, Susan & Buck, Craig. 2008. Toxic Parents – Overcoming . West Sussex : Blackwell Publishing.
Wenar, Charles & Patricia Kerig. 2002. Developmental Psychopathology From Infancy Through Adolescence. New York ; Mc Graw Hill.
Tags
#kesehatan mental #pendidikan #sekolah #tumbuh kembang anak #psikologi
Bagikan Artikel
Komentar popoler
Belum ada komentar
Artikel Populer
Sikap yang Harus Dikembangkan pada Remaja
Sikap yang Harus Dikembangkan pada Remaja
49.952 Views

MANFAAT MENANYAKAN KABAR DAN VALIDASI EMOSI ANAK DI SETIAP HARINYA
MANFAAT MENANYAKAN KABAR DAN VALIDASI EMOSI ANAK DI SETIAP HARINYA
35.387 Views

Pembelajaran Pengembangan Fisik Motorik Anak (Bag. 1)
Pembelajaran Pengembangan Fisik Motorik Anak (Bag. 1)
28.168 Views

Pentingnya Kelekatan (Attachment) Antara Anak & Orang Tua
Pentingnya Kelekatan (Attachment) Antara Anak & Orang Tua
21.429 Views

Orang Tua Sebaiknya Baca Kisah tentang Ungkapan Jujur Seorang Anak ini. Kisah yang Bisa Menjadi Renungan Kita dalam Mendidik Anak
Orang Tua Sebaiknya Baca Kisah tentang Ungkapan Jujur Seorang Anak ini. Kisah yang Bisa Menjadi Renungan Kita dalam Mendidik Anak
14.897 Views

Dampak Positif Media Sosial pada Anak dan Remaja
Dampak Positif Media Sosial pada Anak dan Remaja
14.254 Views

6 Emosi Dasar Manusia
6 Emosi Dasar Manusia
13.781 Views

Peran Keluarga Mengatasi Kenakalan Remaja
Peran Keluarga Mengatasi Kenakalan Remaja
13.206 Views

Seperti Apa Feminisme di Zaman Sekarang?
Seperti Apa Feminisme di Zaman Sekarang?
12.798 Views

Shoebill, Burung yang Tak Suka Terbang dan Suka Menyendiri
Shoebill, Burung yang Tak Suka Terbang dan Suka Menyendiri
12.339 Views