Teknologi yang semakin canggih saat ini memudahkan setiap orang untuk mengakses berbagai macam konten, termasuk konten pornografi. Tak jarang ditemui juga bahwa anak-anak dan remaja kebanyakan pada awalnya mengakses konten tersebut hanya karena penasaran, namun akhirnya sampai pada titik kecanduan. Sebenarnya bagaimana proses seseorang hingga bisa menjadi kecanduan? Kita simak lebih lanjut penjelasan di bawah ini!
Adiksi/kecanduan didefinisikan sebagai sebuah kondisi kronis yang melibatkan motivasi kuat yang berulang-ulang untuk terlibat dalam sebuah perilaku menyenangkan, dimana akibat dari keterlibatan dalam perilaku tersebut memiliki potensi bahaya signifikan yang sangat tidak diinginkan (adiksi makanan, zat, belanja, alkohol, internet, game, pornografi, seksual, dll).
Berikut 6 gejala/kriteria dari perilaku adiksi (Brown dalam Clark, 2006):
Relapse and Reinstatement merupakan kecenderungan untuk melakukan pengulangan terhadap pola-pola tingkah laku adiksi atau bahkan lebih parah walaupun setelah bertahun-tahun hilang dan dikontrol. Hal ini menunjukkan kecenderungan ketidakmampuan untuk berhenti secara utuh dari aktivitas tersebut.
Menurut Brown, 3 komponen utama yang menentukan seseorang mengalami adiksi adalah salience, conflict, dan euphoria. Saat seseorang mengalami adiksi, ia tidak dapat mengontrol keinginan untuk terlibat dalam perilaku yang dinilai menyenangkan baginya. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka orang tersebut akan merasa tidak nyaman/tidak menyenangkan.
Pornografi
Istilah pornografi berasal dari kata “pornographic”, yang dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah pornographos (porne = pelacur dan graphien = tulisan/lukisan). Jadi, pornografi bisa diartikan sebagai tulisan atau lukisan tentang pelacur atau suatu deskripsi dari perbuatan para pelacur.
Dalam UU Nomor 44 Tahun 2008, pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.
Bagaimana tahap yang dilalui oleh seseorang hingga akhirnya bisa menjadi kecanduan pornografi?
Tahap Addiction (kecanduan).
Saat seseorang menyukai materi cabul, ia akan mengalami ketagihan. Jika ia tidak mengkonsumsi pornografi maka ia akan mengalami ‘kegelisahan’. Hal ini bahkan dapat terjadi pada pria berpendidikan atau pemeluk agama yang taat.
Tahap Escalation (eskalasi).
Setelah sekian lama mengkonsumsi media porno, ia akan mulai mengalami efek eskalasi yang mana ia akan membutuhkan materi seksual yang lebih eksplisit , lebih sensasional, lebih ‘menyimpang’ dari yang sebelumnya sudah biasa ia konsumsi. Bila semula, ia sudah merasa puas menyaksikan gambar wanita telanjang, selanjutnya ia ingin melihat film yang memuat adegan seks. Setelah sekian waktu, ia merasa jenuh dan ingin melihat adegan yang lebih eksplisit atau lebih liar, misalnya adegan seks berkelompok (sex group). Perlahan-lahan hal itupun akan menjadi nampak biasa, dan ia mulai menginginkan hal yang lebih ‘berani’ dan seterusnya. Efek kecanduan dan eskalasi yang terjadi menyebabkan tumbuhnya peningkatan permintaan terhadap pornografi. Akibatnya kadar ‘kepornoan’ dan ‘keeksplisitan’ produk pun ikut meningkat. Kedua efek ini berpengaruh terhadap perilaku seks seseorang.
Tahap Desensitization (Desensitisasi).
Pada tahap ini, materi yang tabu, imoral, dan mengejutkan, secara perlahan akan berubah menjadi sesuatu yang biasa. Pengkonsumsi pornografi bahkan cenderung menjadi tidak sensitif terhadap kekerasan seksual. Sebuah studi menunjukkan bahwa para pelaku yang masuk dalam kategori ‘hard core’ menganggap bahwa para pelaku pemerkosaan hanya perlu diberi hukuman ringan.
Tahap Act-out.
Pada tahap ini, seorang pecandu pornografi akan meniru atau menerapkan perilaku seks yang selama ini ia tonton di media. Hal ini menyebabkan mereka yang kecanduan pornografi akan cenderung sulit menjalin hubungan seks yang penuh kasih sayang dengan pasangannya. Ini terjadi karena film-film porno biasa menyajikan adegan-adegan seks yang sebenarnya tidak lazim bahkan dianggap menjijikan atau menyakitkan oleh wanita dalam keadaan normal. Ketika si pria berharap pasangannya meniru untuk melakukan aktivitas semacam itu dan ekspektasinya tidak terpenuhi, keharmonisan hubungan pun bisa menjadi retak.
Berikut tadi adalah gejala-gejala yang terjadi dalam diri saat mulai merasakan adiksi/kecanduan terhadap suatu hal, khususnya saat adiksi/kecanduan konten pornografi. Jika dibiarkan terus menerus maka gejala-gejala tersebut bisa berkembang ke tahapan-tahapan yang lebih kuat dan bisa berdampak berbahaya baik bagi kesehatan fisik maupun psikologis. Oleh karena itu, jika Anda ingin berhenti darinya namun kesulitan, Anda bisa menghubungi profesional di aplikasi d’Fun Station yang selalu siap membantu Anda
Referensi:
Brown, Jamie & West, Robert. 2013. Theory of Addiction. India: Wiley Blackwell.
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2008_44.pdf
konsultasi Onsite
Telepon : 0859-5600-0087
Ruko Istana Pasteur Regency Blok CRA 51 Pasteur, Sukaraja, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat 40175