image : Illustration by google
Pola Asuh Sesuai Dengan Karakteristik Gen Z (part 2)
Oleh Sovia Eprinita, M. Psi., | Kamis, 31 Oktober 2019 16:28 WIB | 2.409 Views
Disunting Oleh : Brenda Carqua
Setiap anak dilahirkan dengan keunikannya masing-masing sehingga sebagai orang tua seharusnya bisa menerima kehadiran anak, mencintai anak apa adanya, serta menghargai anak. Baumrind, salah satu tokoh psikologi menyatakan bahwa orang tua yang memberikan kasih sayang dan kehangatan kepada anak serta menerapkan aturan atau standar perilaku akan membentuk relasi yang sehat antara anak dengan orang tua.
Di artikel sebelumnya kita telah bahas bahwa karakteristik anak gen z adalah memiliki pemikiran terbuka sehingga mereka lebih suka berdiskusi dengan orang tua dibandingkan hanya mendengarkan orang tua yang mengatakan “tidak boleh” tanpa alasan yang jelas. Oleh karena itu, orang tua dapat mulai mengembangkan
sense of belongingness agar di dalam hubungan orang tua dan anak ada perasaan memiliki, menjaga, mencintai, melindungi, serta saling peduli. Orang tua dapat mengembangkan
sense of belongingness terhadap anak dengan berbagai cara, di antaranya:
- Kontrol orang tua dan kebebasan anak bersifat seimbang. Anak diberikan kesempatan untuk memutuskan sendiri sikapnya, namun harus tetap di bawah pengawasan orang tua dan disesuaikan dengan usia anak.
- Anak mengetahui dengan jelas standar perilaku yang harus ia lakukan dan orang tua dapat menjelaskan bagaimana cara agar anak bisa mencapai standar tersebut.
- Terdapat diskusi yang terbuka mengenai suatu keputusan yang akan diambil, termasuk mengenai kedisiplinan. Diskusi ini dapat dijadikan contoh bagi anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi atau menjalin relasi dengan orang lain di lingkungan sosial.
- Menjelaskan hubungan antara perilaku yang kurang tepat dan konsekuensi yang akan anak dapatkan. Hal ini merupakan salah satu cara agar anak belajar mengenai sebab akibat. Bila diajarkan terus menerus akan bermanfaat di masa depan serta mengontrol mereka sebelum melakukan suatu hal.
- Kehangatan yang dibangun orang tua saat menjelaskan batasan maupun aturan akan membuat anak menerima dan belajar mengenai hal tersebut.
- Bertanya kepada anak mengenai cara dalam memecahkan suatu masalah melalui keputusan sebelumnya yang kurang tepat akan meningkatkan kemampuan anak untuk menilai sebab akibat.
- Berikan pujian dan dukungan pada setiap perilaku baik anak.
- Konflik yang terjadi pada orang tua jangan dibahas dan disangkutkan dengan anak (misal: konflik pernikahan).
- Orang tua sebagai role model harus memiliki integritas dalam bersikap dan menyadari bahwa setiap perilakunya akan memberikan dampak. Hal ini ditunjukan dengan keselarasan antara apa yang diucapkan dengan perilakunya.
- Pengajaran dari orang tua bersifat aktif. Masalah yang berpotensi muncul harus dicegah dan didiskusikan bersama.
Dengan mencoba untuk mempratekkan cara-cara di atas maka orang tua membantu anak belajar lebih mandiri dan dewasa. Dengan pondasi kuat yang dibangun dari awal membuat anak merasakan
belongingness ketika kelak si kecil menjadi orang tua. Harus diingat bahwa dengan memberikan contoh baik kepada anak maka mereka akan belajar dan menirukan apa yang kita contohkan.
Nah, gimana nih moms dan dads. Apakah moms dan dads masih kebingungan akan pola asuh yang baik bagi si kecil gen z? Kalau iya, moms dan dads bisa datang langsung ke d’Fun Station untuk berkonsultasi dengan ahli yang ada disana.
Daftar Rujukan
Dolot, Anna. 2018.
The Characteristics of Generations Z. Academic Journal by Warsaw School of Economics e – mentor Number 2 (74) 2018.
Hall, Sharon T. 2008.
Raising Kids in the 21st Century. West Sussex : Blackwell Publishing.
Source Gambar : BSGStudio all-free-download.com