Dari sejak dahulu kala kita mengenal bahwa peran ayah di keluarga adalah sebagai seorang sosok yang menerapkan kedisiplinan dan memiliki power dalam keluarga. Peran tersebut masih berlangsung serta melekat pada sosok ayah hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, peran ayah bertambah menjadi sosok utama yang mengajarkan moral, pencari nafkah, serta yang memberikan support ekonomi bagi keluarga. Selain itu, ayah juga memegang peran penting lain yaitu sebagai teman, perawat, pasangan hidup, pelindung, pemberi contoh, dan guru.

Di dalam keluarga biasanya ayah menjadi sosok yang sering mengajak anak untuk bermain, sedangkan ibu menjadi sosok pengasuh dan peduli pada anak. Oleh karena itu, ayah biasanya menjadi sosok yang menonjol dan disenangi anak. Meskipun begitu, peran ayah bagi anak tidak hanya sekedar bermain bersama anak, melainkan memiliki peran yang lebih luas yaitu menjadi contoh bagi anak serta menjadi sarana bagi anak untuk belajar mengenai peran dan perbedaan gender (khususnya pada anak laki-laki). Hal tersebut membuat anak dapat membedakan peran antara masing-masing gender di kemudian hari.

Ayah yang terlibat dalam pola asuh akan mengembangkan anak menjadi sosok yang memiliki kompetensi secara kognitif dan empati. Kesetaraan peran ayah dan ibu membuat anak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan dua orang yang berbeda. Hal tersebut membuat anak memiliki kompetensi kognitif karena dirinya mendapatkan stimulasi tentang bagaimana cara bersikap dan berinteraksi dengan orang yang memiliki perilaku berbeda. Selain itu, sosok ayah yang memiliki sifat sensitif akan memberikan dampak positif pada aspek kognitif, bahasa, serta sosio-emosi anak. Hal ini nampak dari cara memberikan kesempatan anak untuk mengekspresikan diri dan berpendapat kemudian mendengarkannya, menjadi tumpuan anak, mengajarkan serta mendorong anak untuk belajar.

Bagi anak laki-laki, ketika ayah menunjukan sisi maskulinnya dan relasi yang terjalin dengan anak baik, maka anak akan menjadikan ayah sebagai model sehingga di kemudian hari akan muncul sisi maskulin pada diri mereka. Selain itu, mereka juga dapat menjalankan perannya sesuai gender di lingkungan dan dapat memenuhi standar lingkungan. Sebaliknya, bila ayah tidak memiliki hubungan baik dan hangat dengan anak laki-laki atau mereka kehilangan sosok ayah dalam hidupnya maka akan mengembangkan permasalahan gender pada diri anak. Anak biasanya akan mengalami kebingungan mengenai peran dan indentitas gendernya. Selain itu permasalahan lain yang muncul adalah rendahnya prestasi di sekolah, rendahnya pengetahuan psikososial, dan rendahnya kontrol agresi.
Ternyata peran ayah dalam keluarga terutama bagi anak laki-laki sangat penting ya parents. Kalau parents kebingungan mengatasi si kecil dan membutuhkan konsultasi sesegera mungkin, parents bisa download langsung aplikasi d’ Fun Station di playstore atau boleh juga datang langsung ke gedung d’ Fun Station dan berkonsultasi dengan ahli yang ada di sana.

Daftar Rujukan
Lamb, M E. 2010. The Role of Father in Child Development. New Jersey ; John Wiley & Sons, Inc.